Selasa, 01 April 2014

Dua, Mati.

Hoii~




Semalam aku melamun menatap langit-langit kamarku. Terbesit sesuatu tentang kematian. Apakah sebentar lagi aku akan meninggal? Sungguh, aku sangat takut, aku takut, tidak, aku bukan takut akan kematian, kenapa? Karena kematian itu sesungguhnya adalah awal dari kehidupan yang abadi, hasil dari apa yang telah kulakukan di dunia ini. Aku takut saat aku menghadapi kematian, aku belum memiliki amal ibadah yang mencukupi untuk dihisab nantinya. Aku takut dengan siksa kubur, takut Allah. 
...
Jika aku takut Allah, mengapa aku masih malas shalat? Mengapa saat shalat ada saja suatu hal yang terlintas di benakku, alhasil tidak khusyuk lah shalatku. Pernah terlintas di lamunanku, apa sih tujuan aku shalat setiap hari? Untuk beribadahkah? Untuk berterimakasih kah? untuk memperkuat iman kah? Tetapi mengapa sulit sekali untuk khusyuk saat shalat, saat nama Allah disebut, hanya dalam situasi tertentu saja hatiku bergetar.. Wallahua'lam.
...
Jika aku takut Allah, mengapa aku malas menjalankan apa yang Allah perintahkan? Jika jawabanku "Aku tidak tahu apa-apa saja yang Allah perintahkan" aku akan kembali menjawab "Kenapa aku malas membaca Al-Qur'an? Membaca tafsirnya, memahami maknanya, mengapa aku malas membaca pedoman hidup yang jelas diberikan oleh-Nya?"
...
Aku bertanya-tanya, jika aku telah menghadapi kematian, adakah yang bersedih? Adakah yang menangis karenaku? Adakah orang yang kehilangan akan kehadiranku di dunia?
...
Aku bertanya kembali, mengapa harus bersedih? Kenapa tidak berdo'a minta dipertemukan di surga Allah nanti? Mengapa harus merasa kehilangan? Mengapa harus menangis? Toh yang sudah terjadi biarlah berlalu, tidak dapat dikembalikan ke dunia, bukan? Dan sudah takdirnya bahwa semua umat manusia akan mengalami kematian, meninggal dunia.
...
Apa yang Allah ciptakan, apa yang Allah berikan akan kembali kepada Allah, ada saatnya seperti itu. Aku ingin hatiku dilapangkan, aku ingin aku selalu sabar, selalu bersyukur, aku tidak egois, aku dapat mengintrospeksi diri, memiliki rasa empati yang tinggi, berguna bagi orang lain, dapat selalu istiqomah, menjadi muslimah yang baik, dan tentunya dapat membela agama Islam di jalan yang diridhai oleh-Nya.
...
Banyak kata maaf yang belum kuucapkan secara tulus kepada orang-orang di sekitarku. Kenapa aku harus gengsi? Kenapa aku malu untuk berbuat kebaikan? Kenapa zaman ini... Yang diharuskan justru dijauhkan dan yang dilarang justru dilaksanakan?
...
Dan kenapa aku hanya bisa bertanya dan bukannya memperbaiki diri?
...
Wallahua'lam...

1 komentar: